Selasa, 24 Maret 2009


Sejak ia pergi

Dari hidupku

Kumerasa sepi.

Dia tinggalkanku sendiri

Di sini…

Tanpa satu yang pasti.

Aku tak tahu harus bagaimana,

Aku merasa tiada berkawan

Selain diri-MU, selain cinta-Mu…

Kirim aku malaikat-Mu

Biar jadi kawan hidupku

Dan tunjukkan jalan yang memang Kau pilihkan untukku

Kirim aku malaikat-Mu, karena kusepi berada di sini.

Dan di dunia ini aku tak mau sendiri.

Tanpa terasa kutetaskan air mata ini

Yang tiada berhenti mengiringi

Kisah di hati…

Aku tak tahu harus bagaimana,

Aku merasa tiada berkawan.

Selain diri-Mu, selain cinta-Mu

Aku kacau dan nyaris mengalami gejala depresi. Bahkan aku sempat disuruh periksa ke dokter jiwa. Apa aku sudah sakit jiwa??? Ah, tapi waktu kulihat tanya jawab di Koran, tanda-tanda depresi hanya ada beberapa padaku. Aku masih rutin mandi kok,Hehehe… kan salah satu tanda stress dia nggak mau mandi…

Karena apakah ini semua terjadi denganku? Karena merasa tak menemukan sesuatu yang benar-benar mengangkat semangatku, mungkin. Sudah kucoba, sungguh sudah kucoba…

Sudah kucoba untuk tidak mempercayai apa yang waktu itu Mas Fafa bicarakan di RC. Tentang keanehan yang aku sendiri tak mengerti. Karena saat itu Mas Fafa bilang “Suatu saat kamu akan mengerti”

Tapi, sejak saat itu aku mencoba merubah diriku untuk berpikir dengan sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang dia katakan. Kupikir, yang terjadi denganku ini adalah layaknya remaja normal yang memang rentan kalut.

Tapi kenapa sepertinya kalau dilihat lagi, dari teman-temanku pula, kayanya cuma aku yang seaneh ini.

Ada sesuatu” ya “Ada sesuatu” dan aku bingung apa itu.

Mas Fafa pernah bilang, orang-orang sepertiku yang katanya jarang ditemui dia memang mengalami sesuatu yang mungkin tak dialami kebanyakan orang. Merasa sendiri dan merasa tak ada yang mengerti.

“Tersiksa, sangat tersiksa,” katanya.

Tapi anehnya, aku sendiri juga tak mengerti mau aku apakan lagi diriku. Satu yang tak pernah ingin kulepas, ketundukanku pada-Nya… setidaknya itu yang membuatku masih merasa normal.

Intinya adalah aku kurang bersyukur dan kurang bersabar. Aku sudah coba, berkali-kali… tapi aku limbung lagi, coba lagi limbung lagi… dan sampai sekarang aku masih terus mencoba.

Tapi kalau dipikir lagi, ini semua bukan karena masalah yang cukup berarti atau terlalu berat. Tapi apa…

“Pada akhirnya hanya semangat yang akan membuat kita tetap hidup bahkan dalam kondisi seberat dan seekstrim apapun!”

Kondisi. Ya kondisi yang berat itulah yang kini kurasakan. Aku mengalami kondisi yang berat, tak tak ekstreem. Karena aku masih begitu memegang kuat Iman dalam diriku juga ketundukanku serta usahaku untuk terus ta’at. Aku tak mau kehilangan itu! Tak mau sekalipun aku berpaling dari-Nya. Tak akan!!! T_T mohon, Rabb…lindungi hamba-Mu yang lemah ini. Kali ini hamba sedang konyol.

Tiap kali kondisi yang berat ini mencabikku. Kadang berpikir, siapa yang pernah mengalami hal serupa denganku? Lalu, yang selalu muncul sebagai jawaban adalah, Fitri, Adi, dan Ida. Aku tak tahu dengan yang lain. Hanya saja tiga orang itulah yang selalu menjadi jawabanku sendiri.

KESENDIRIAN dan seperti ada sesuatu yang mengerikan.

Itu yang kubaca dari friendster di awal-awal mereka pindah. Dan sepertiku juga, teman yang paling diandalkan adalah buku. Pun dengan tiga orang itu. Kelihatannya mereka juga akrab dengan buku…

Apa yang aku rasakan sekarang ini, sungguh bukan sesuatu yang mudah kucerna. Rasa-rasanya ini bukan terjadi karena kondisiku atau karena masalahku, lingkunganku, atau apapun yang berkaitan denganku. Seolah aku merasakan sesuatu untuk merasakan sesuatu yang pernah mereka rasakan.

--Adi, Eny, Fitri, Ida--

Atau jangan-jangan aku tengah merasakan sesuatu untuk mengalami hal yang mungkin pernah mereka rasakan. Itulah yang kupikirkan saat ini. Membuatku tahu bahwa dalam keadaan seperti yang pernah terjadi dengan mereka, yang dibutuhkan dari orang-orang sekitar adalah dorongan, support, semangat, teman berbagi, yang menguatkan, yang sedia menuntun untuk melihat dunia yang penuh warna.

Karena kondisi seperti ini, manusia seolah terjangkit buta warna. Tak begitu terang melihat berbagai warna dalam hidup. Seolah semua warna nyaris sama. Maka itu, dalam kondisi sedemikian rupa ia akan berusaha temukan warna-warna. Dan akan tersiksa jika tak juga menemukan.

Inikah teguran agar aku merasakan hal yang seperti ini. Sungguh, aku tak berharap ini terjadi dengan teman-temanku yang lain. Pun tak berharap sama sekali bahwa ini akan terjadi dengan anak season.

Sahabatku, satu persatu meninggalkanku. Yang kuheran, hampir semua tatapan yang tertuju padaku adalah sama. Tatapan asing dan tak begitu bershabat. Aku merasa terasing.

Tapi aku bersyukur, ada seorang sahabat yang masih saja mau untuk sekedar menanyakan kabar atau mencoba mengerti.

Zulfi…Haha.

Sahabat yang pernah membuat perjanjian denganku untuk menjalin persahabatan dengan syarat tak boleh saling menumbuhkan perasaan lain baik di dia ataupun di aku. Dan sampai detik ini, kami masih selamat dari perasaan-perasaan itu. Alhamdulillah…

Kami hanya bersahabat lewat sms. Karena kami memang tak begitu fair kalau bertemu. Kami jarang ngobrol langsung. Kami berusaha menjaga. Dan kami malu, karena kami sudah lama terserang gossip tak berintegritas.

Suatu ketika dia pernah bertanya, “Kamu punya sahabat yang selalu kamu ajak berbagi. Cerita-cerita apapun ke dia. Ini itu ke dia…”

Kujawab, “Sudah tidak lagi, paling Cuma sama Ibuku.”

Sekarang aku mengharapkan punya sahabat yang mengertiku dan bisa kumengerti. Mau diajak berbagi. Dan sering ngobrol dengan obrolan yang bermutu dan yang penting “nggak nggosiiiip”.

GOSIIIP!

Itulah mengapa saat ini aku lebih suka bergumul dengan buku daripada rumpian. Aku sedang menghindari gosiiip. Masih harus banyak belajar.

Allahlah yang memberikan yang terbaik. Dan apapun kondisi yang kualami, pasti ada sesuatu yang membawaku merasa harus bersyukur. Bahkan dalam kondisi separah ini… aku harus terus bersyukur. HARUS ITU. Karena orang yang nggak bersyukur itu celaka, maka AKU HARUS BERSYUKUR biar mendapatkan kenikmatan berdekat-dekat dengan-Nya. Amin.

Ini membuatku mengerti rasanya jadi orang aneh dimana tak dimengerti orang-orang sekitar bahkan diri sendiri. Kawan setia yang menjadi pendongeng sejati adalah buku.

Aku baru mengerti bahwa orang-orang yang memilih jalan sendiri dalam sunyi, bergumul dengan buku, mungkin karena memang merasa tak ada orang lain yang memahaminya dan bahkan dirinya tak paham dengan jalan pikirannya sendiri. Maka itu mereka selalu membaca jalan pikiran orang lain lewat buku. Dan pada saatnya setelah mereka menemukan pemikiran sendiri, berikut orang-orang sekitarnya menganggapnya aneh. Bukankah tak jarang orang-orang seperti itu dianggap sinting oleh orang-orang sekitarnya. Itu kalau dia sudah mengalami kondisi yang orang lain tak bisa untuk sekedar membayangkan.

Aku bersyukur belum separah itu. Dan aku yakin serta berharap yang terjadi denganku ini tak akan lama. Tapi aku berharap ada hal yang masih bertahan dengan diriku. “Tak suka gossip dan cinta buku,” mengenai depresi dan merasa sendiri atau merasa buta warna. ENYAHLAH! Aku tak butuh kalian! Aku hanya butuh hal-hal yang membuatku bersyukur dan bersabar.

“Mungkin saat ini aku butuh sesuatu yang baru dalam hidupku.”

Suasana mungkin, karena sejak bayi sampai tujuh belas taon ini aku di Kalibening saja… mungkin aku butuh hal baru.

^_^

Mungkin saja!

DEAR GOD THE ONLY THING I ASK OF YOU IS
TO HOLD THEM WHEN I'M NOT AROUND,
WHEN I'M MUCH TOO FAR AWAY
We all need that person who can be true to You

But They left Me when I found them
And now I wish I'd stayed
’Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing You again oh GOD
Once again

T_T

3 komentar:

Anonim mengatakan...

with the name of nothing...

I will watch u

when the road unseen, in the dark. or when you can't see anything coz your heart full of darkness.

I'll watch u..
just to say
I know that u can be better!!!


May God save us...

Fa,Fa!

Anonim mengatakan...

aku tersenyum dan tertawa pelan

hahaha...

bahkan DIA tak ingin kamu tahu kalau aku masih ingin mengakhiri hidupku, aku mengirim koment ke sajak hatimu dengan kata-kata yang tak bisa kutulis kembali,

pas kukirim error, dan waktu BACK, tulisannya lenyap, seperti kabut ditelan sinar mentari pagi. otak dan hatiku menjadi kosong...


DIA menghapus ingatanku dengan sangat manis...

aku jadi ingat bahwa menyayangi-NYA bisa sekonyol ini, hehe...

oya, aku juga sayang kamu...
(jujur aja ya, maaf..., kalau disuruh memilih, aku lebih memilih-NYA. karena DIA memiliki senyum termanis dan cahaya terindah yang pernah ada)


Fa,Fa!

Fina Af'idatussofa mengatakan...

Helleh pedee