Senin, 24 Maret 2008

Antalogi Puisi

Sebatas Angan Rindu
Fi-U
(Fina & Upik)
Cetakan @PUSTAKA Q-THA

Kenapa semuanya terasa makin membekas?
Kau telah mengetukku, lebih keras hingga mengenai dasar batinku
Tapi kuselami semua ini tuk jadi sebatas angan dan khayalku.
Yang kubiarkan adanya tanpa memaksakan hati tuk memilikimu

Hati serasa rindu dan tak berdaya
Anganku untukmu tak henti-hentinya
Tapi kenapa kau pergi tinggalkanku?
Saatku bisa menyayangimu, duhai kasih
Kucoba untuk melupakanmu
Dan yang kini terlepas dalam hatiku adalah
-SeBaTaS ANgAn RiNdu-

Kumpulan Cerpen

PINANGAN BUAT NAURA


Naura adalah puteri kiai yang jatuh cinta sama Ari yang bukan keluarga kiai. Tentu saja hubungan keduanya ditentang keras oleh abah dan umi Naura. Apalagi jelas-jelas mereka telah menentukan siapa yang berhak meminang Naura. Yaitu Gus Ismail, putera KH Sulaiman yang sudah kenal dekat dengan abahnya Naura. Dua pilihan yang sulit bagi Naura, antara mempertahankan perasaannya ataukah mendahulukan kepentingan keluarga besarnya.
Masih seperti novel pertamanya, kali ini Fina kembali menggambarkan tradisi khas keluarga pesantren dalam salah satu cerpennya. Dengan tujuan untuk menjaga kualitas keturunan, persamaan pemikiran dan cita-cita, keluarga kiai biasa melakukan jalan perjodohan. Dan, secara otomatis, bagi putera atau puteri kiai, harus bersiap-siap bernasib seperti Naura, jika memang kekasih hatinya tidak memenuhi kriteria patokan keluarganya.

NoVel PeRtaMa

GUS YAHYA
BUKAN CINTA BIASA

Kalau dihitung-hitung, Gus Yahya kecil memang sudah habis-habisan dengan segala cara upayanya untuk mendekati Zahra. Dari yang biasa-biasa seperti melakukan kebiasaan Zahra belajar nyeruling sama Yadi di pematang sawah, sampai yang norak abis, seperti berkirim mawar dan surat cinta yang ditaruh di teras pesantren puteri. Tidak cuma itu, Yahya juga tak kenal lelah menyapa Zahra dengan pesan kertasnya yang ditaruh di kursi taman, tempat Zahra biasa belajar, setiap hari, sepanjang waktu. Sayangnya, Zahra tetap cuek aja tuh menghadapi gerakan cinta Yahya. Meski tidak dengan marah-marah, santri baru di pesantren abahnya Yahya itu malah sibuk dengan tugas-tugas belajarnya di pesantren.
Untungnya cinta Gus Yahya tidak pupus meski harus jatuh bangun untuk membuat cinta itu bisa dimengerti. Cintanya tidak mengenal istilah habis meski harus berhadapan dengan pergantian waktu yang hampir tujuh tahun. Bahkan, sampai tiba waktunya bagi Zahra untuk keluar dari pesantren, Gus Yahya tetap tersenyum menyampaikan cintanya. Tentu saja, karena cinta Gus Yahya bukan cinta biasa.

BeDah NoVeL



Thursday, February 01, 2007

Bedah Buku Gus Yahya Bukan Cinta Biasa


by isma at 2:00 PM
Kamis tanggal 1 Februari 2007 acara bedah buku di pesantren Annawawi dimulai. Menurut manual acara seharusnya dimulai pada jam 13.00, namun karena harus menunggu siswa program MAK keluar dari kelas, mau tidak mau acara pun diundur sampai jam 14.00. Sementara Maiya dan Fina yang berangkat dari Salatiga jam sembilan sudah dari jam 11.30 sampai di Annawi. Yang menarik adalah ketika acara belum dimulai banyak dari beberapa peserta yang nyelonong masuk ke ruang tamu sekadar untuk meminta tanda tangan dari sang novelis muda. Dan karena yang datang dari Qoryah Toyyibah ada tujuh orang lima cewek dan tiga cowok, mereka banyak yang kecele salah minta tanda tangan. Acara pun dimulai, diawali dengan sambutan-sambutan. Pertama dari ketua panitia, kedua dari kepala sekolah, ketiga dari ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Annawawi atau STAIAN.

Hingga pada jam 14.30 tiba waktunya bedah buku Gus Yahya Bukan Cinta Biasa. Sebelum Fina dan Maiya mendapat giliran ngomong, awalnya dijelaskan tetek bengek tentang Matapena oleh Shachree. Setelah itu, mulailah Fina memaparkan sekitar novelnya dan sekitar proses kepenulisannya, dilanjutkan oleh Maiya yang juga memaparkan novelnya yang berjudul Tarian Cinta.Seperti sudah menjadi warna di setiap bedah novel Matapena, apalagi yang bertemakan cinta, pasti ada dialog seru seputar cinta dalam perspektif para peserta yang kesemuanya adalah santri yang baru gede. “Kalau Anda menyebutkan Gus Yahya bukan cinta biasa, lalu yang biasa dan luar biasa seperti apa?” seorang penanya begitu antusias.“Ya, yang luar biasa itu ketika kita menyandarkan cita pada Allah. Nah, yang biasa itu ketika kita mencintai sesamamu saja,” demikian jawab Fina dengan senyumnya yang khas dan selalu menghiasi jalannya bedah novel.Sementara Maiya yang juga dari Qoryah Toyyibah lebih memberikan stimulus dan motivasi kepada para santri agar juga menulis. “Jadi menulis novel itu sama sekali tidak mengganggu belajar, bahkan,” kata cewek yang pernah nyantri di salah satu pesantren di Yogyakarta ini, “menulis novel juga belajar yang sangat mengasyikkan…”Acara yang mendapatkan sambutan luar biasa, baik dari panitia maupun peserta itu diakhiri pukul 16.00. Diikuti oleh sekitar seratus lima puluhan peserta, dari santri Annawawi sendiri dan beberapa pesantren dan SMU di seluruh Purworejo.

Minggu, 23 Maret 2008

Special Cerpen

AKU SAYANG KAMU, MBAK

Aku Galih. Salah seorang siswa Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah Kalibening-Salatiga. Tepatnya, aku adalah siswa kelas satu SMP. Kata orang, aku sudah mulai menginjak masa ABG. Jadi maklum kalau aku sudah mulai merasakan sesuatu yang emang mutlak dimiliki insan manusia normal pada umumnya.
Aku mulai belajar menyayangi seseorang. Tapi yang terjadi padaku saat ini, entah wajar atau tidak, aku nggak tau. Yang pasti, seseorang yang telah mengisi hatiku adalah kakak kelasku sendiri. Tapi nggak apa-apa, toh jeda satu angkatan doang.
Aida Ahsa Survaiva. Anak kelas dua full color yang kerap dipanggil Aida ini emang berhasil mengambil simpati serta konsentrasiku. Memang nggak begitu populer di sekolah, tapi kepribadiannya membuatku tak enggan untuk selalu memperhatikannya.
Aku berusaha mendekatinya. Sering kirim e-mail juga sering sms-an sama Mbak Aida yang manis itu. Sempat muncul keinginan pada diriku untuk menyatakan perasaanku untuknya. Tapi aku akan menunggu waktu yang tepat.
Aku selalu mencoba menyamai hobby dan ketertarikannya. Bisa dibilang, aku seperti mengikuti langkahnya. Hal itu kulakukan semata-mata untuk menarik perhatiannya.
Karena, Aku Sayang Kamu, Mbak.